Minggu, 13 September 2015

Selfi dengan Donal Trump, Fadli Zon Disebut Inferior

YOGYAKARTA: Aksi foto selfie Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan kandidat presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, Donald Trump, dinilai sebagai bentuk mentalitas kurang patut seorang pejabat tinggi negara.

"Selfie itu menunjukkan dia (Fadli Zon) inferior secara kultural," ujar pengamat politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kuskrido Ambardi Sabtu 12 September 2015.


Direktur Lingkaran Survei Indonesia itu menilai berbagai penjelasan yang dibeberkan politikus Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut dengan Donald Trump hanya upaya berkelit untuk menutupi mental inferiornya.


"Tak ada motif lain selain selfie saja, dengan orang yang sedang populer," ujar Ambardi. Masalahnya, aksi selfie Fadlie dengan tokoh populer itu ternyata 'salah orang'.


"Populer itu kan ada dua, populer baik dan tidak, nah Donald Trump selama ini dikenal populer yang tak baik," ujar Ambardi.   "Dia (Donald Trump) dikenal sosok inward looking dan rasis, dan di situlah kita jadi berdiri, dari komunikasi politik jadi buruk sekali," Ambardi menegaskan.

Ambardi menilai, Donald Trump pun sebenarnya bukan siapa-siapa di dunia internasional. Raja kasino itu tak pernah konsen dengan dunia internasional atau pernah memegang jabatan politis lembaga internasional. Trump menurut Ambardi tak lebih pengusaha lokal yan dikenal hanya karena dia tinggal di negara adidaya dan dibesarkan media setempat karena hendak mencalonkan diri sebagai presiden.


Pertemuan Fadli Zon juga Ketua DPR Setya Novanto dengan Trump berbuntut panjang setelah publik mengecamnya dengan berbagai tudingan. Mulai perendahan martabat bangsa hingga pemborosan anggaran negara.

Sebelumnya Fadli Zon telah menjelaskan lewat pesan pendek. Ia menyatakan bahwa Trump sangat hangat. "Dia tidak arogan sama sekali," ucap Fadli melalui pesan WhatsApp kepada Tempo, Jumat, 4 September 2015.

Dalam pertemuan yang berlangsung 30 menit, ujar Fadli, Trump lebih banyak bercerita tentang keinginannya berinvestasi di Indonesia. "Kami disiapkan makan siang dan ngobroldengan santai," ujar politikus Partai Gerakan Indonesia Raya itu. "Pandangannya menarik, to the point, enggak ada basa-basi."

Namun Fadli menegaskan, pertemuan itu sama sekali bukan bentuk dukungan Indonesia terhadap Trump dalam pencalonannya sebagai Presiden AS. "Ya kan kita kenal. Semua orang yang mau investasi di Indonesia tentu teman bagi kita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar