YOGYAKARTA: Aksi foto selfie Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan
kandidat presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, Donald Trump,
dinilai sebagai bentuk mentalitas kurang patut seorang pejabat tinggi
negara.
"Selfie itu menunjukkan dia (Fadli Zon) inferior secara
kultural," ujar pengamat politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Kuskrido Ambardi Sabtu 12 September 2015.
Direktur Lingkaran Survei Indonesia itu menilai berbagai penjelasan
yang dibeberkan politikus Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut dengan
Donald Trump hanya upaya berkelit untuk menutupi mental inferiornya.
"Tak ada motif lain selain selfie saja, dengan orang yang sedang
populer," ujar Ambardi. Masalahnya, aksi selfie Fadlie dengan tokoh
populer itu ternyata 'salah orang'.
"Populer itu kan ada dua, populer baik dan tidak, nah Donald Trump
selama ini dikenal populer yang tak baik," ujar Ambardi. "Dia (Donald
Trump) dikenal sosok inward looking dan rasis, dan di situlah kita jadi
berdiri, dari komunikasi politik jadi buruk sekali," Ambardi menegaskan.
Ambardi
menilai, Donald Trump pun sebenarnya bukan siapa-siapa di dunia
internasional. Raja kasino itu tak pernah konsen dengan dunia
internasional atau pernah memegang jabatan politis lembaga
internasional. Trump menurut Ambardi tak lebih pengusaha lokal yan
dikenal hanya karena dia tinggal di negara adidaya dan dibesarkan media
setempat karena hendak mencalonkan diri sebagai presiden.
Pertemuan Fadli Zon juga Ketua DPR Setya Novanto dengan Trump
berbuntut panjang setelah publik mengecamnya dengan berbagai tudingan.
Mulai perendahan martabat bangsa hingga pemborosan anggaran negara.
Sebelumnya
Fadli Zon telah menjelaskan lewat pesan pendek. Ia menyatakan bahwa
Trump sangat hangat. "Dia tidak arogan sama sekali," ucap Fadli melalui
pesan WhatsApp kepada Tempo, Jumat, 4 September 2015.
Dalam
pertemuan yang berlangsung 30 menit, ujar Fadli, Trump lebih banyak
bercerita tentang keinginannya berinvestasi di Indonesia. "Kami
disiapkan makan siang dan ngobroldengan santai," ujar politikus Partai Gerakan Indonesia Raya itu. "Pandangannya menarik, to the point, enggak ada basa-basi."
Namun
Fadli menegaskan, pertemuan itu sama sekali bukan bentuk dukungan
Indonesia terhadap Trump dalam pencalonannya sebagai Presiden AS. "Ya
kan kita kenal. Semua orang yang mau investasi di Indonesia tentu teman
bagi kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar