Rating : 2
Yogyakarta. . . . Mendengar kata "Yogyakarta",
angan kita pasti segera melayang ke sebuah Daerah Istimewa yang
mempunyai berbagai keunikan budaya, kuliner, wisata, dan kota tujuan
untuk menimba ilmu. Tak salah jika Yogyakartadijuluki kota budaya, kota gudeg, atau kota pelajar. Ciri khas yang paling utama dari kota Yogyakarta adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat
. Hampir setiap kejadian penting yang diselenggarakan oleh Keraton
Yogyakarta dianggap sebagai ritual yang selalu diiringi dengan
pertunjukan seni. Keraton tak ubahnya sebagai pusat dari kebudayaan yang
ada. Karena di dalam keraton terdapat benda-benda pusaka yang tidak
hanya mempunyai nilai seni yang tinggi, tetapi juga mempunyai nilai
sejarah terkait perjalanan Keraton ataupun Sultan. Benda-benda pusaka
yang ada di dalam keraton diantaranya berupa senjata dan peralatan
perang, bendera, berbagai kitab kuno, perangkat alat musik, wayang,
kareta, dan tari-tarian. Di Keraton Yogyakarta sendiri juga memiliki
beberapa perangkat alat musik gamelan. Namun hanya 3 saja yang dianggap
paling sakral/keramat. Ketiganya adalah : 1. Kyahi Guntur Laut Sering
disebut gamelan Monggang. Merupakan gamelan warisan turun temurun dari
kerajaan Majapahit. Gamelan ini dianggap gamelan yang paling sakral.
Disimpan di Bangsal kori sebelah timur, kompleks sitihinggil.
Kyahi Guntur Laut hanya dimainkan dalam upacara kenegaraan yang sangat
penting semisal upacara pelantikan Sultan, pernikahan kerajaan, dan
upacara pemakaman Sultan. 2. Kyahi Kebo Ganggang Merupakan seperangkat
gamelan kuno, yang konon juga berasal dari kerajaan Majapahit.
Merupakan gamelan ke 2 setelah Kyahi Guntur Laut. Biasa disebut Kodhok Ngorek atau Mahesa Ganggang. Gamelan ini dipercayai memiliki melodi yang "aneh" seperti pada gendhing kodhok ngorek ayam sepenan. Gamelan yang terletak di Bangsal Kori sebelah barat kompleks sitihinggil
ini dimainkan pada acara resmi kenegaraan seperti upacara sunatan, atau
upacara ulang tahun Sultan, dan untuk mengiringi prosesi gunungan di
masjid agung. 3. Gamelan Sekati Terdiri dari 2 buah gamelan, yakni Kyahi
Guntur Madu dan Kyahi Naga Wilaga. Keduanya biasanya dimainkan di dalam
masjid agung selama perayaan sekaten pada grebeg Maulid. Selain perangkat gamelan, keraton Yogyakarta juga memiliki tarian sakral diantaranya beksan bedhaya, dan beksan lawung ageng.
Beksan bedhaya dianggap sangat sakral karena konon diciptakan langsung
oleh Sultan Agung (penguasa Mataram). Tarian ini dimainkan oleh 9
penari lelaki yang menyimbolkan 9 lubang pada manusia, dan juga 9
gerbang utama keraton, dan 9 struktur pada tubuh manusia. Dengan
berbagai ragam budaya yang ada, sudah sepantasnya jika Yogyakarta
disebut juga Kota Budaya. Meskipun di era
globalisasi, ternyata Yogyakarta tetap bisa mempertahankan "ciri khas"
nya sebagai kota budaya yang selalu menarik minat wisatawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar